Alun-alun Selatan

alun-alun-kidul-yogyakarta

Alun alun Selatan, halaman paling selatan dalam kompleks Kraton Yogyakarta, yang dikenal juga dengan nama Alun-alun Pengkeran (Alun-alun belakang) dan masih terletak di dalam tembok baluwarti (tembok Kraton).

Pada bagian tengah Alun-alun Selatan terdapat dua batang pohon beringin yang dipagari dengan susunan batu bata dan mempunyai dekorasi berupa bulatan dan bentuk busur. Busur-busur pada pagar ini menggambarkan sifat pemuda pemudi. Beringin kurung tersebut dinamakan supit urang karena nama dan jumlahnya menggambarkan bagian tubuh yang rahasia, maka dari itu diberi pagar dan ditutupi. Busur-busur dan roda-roda (bulatan-bulatan) pada dekorasi pagarnya menggambarkan bahwa segala sesuatunya masih labil, mudah bergeser, dan mudah berubah.

Berbeda dari pasangannya yang berada di Alun-alun Utara, Alun-alun Selatan tidak mempunyai bangunan-bangunan dan pohon-pohon beringin lain di bagian pinggir. Namun hanya terdapat dua batang pohon beringin di kanan dan kiri Alun-alun Selatan yang diberi nama wok. Wok berasal dari perkataan brewok yang berarti rambut di sekitar mulut dan dagu, hal itu dijadikan suatu tanda bahwa anak telah menjadi dewasa.

Di tepi Alun-alun ditanami pohon mangga atau pelem dan kweni yang melambangkan pemuda-pemudi yang sudah akil balik dan telah mempunyai kemauan(gelem) dan keberanian (wani).Di sebelah utara ditanam pohon gayam yang mempunyai daun rindang dan bunga yang wangi. Bila angin sedang bertiup, sari bunganya akan berjatuhan sehingga akan tercium aromanya yang harum. Hal ini menggambarkan suasana pemuda pemudi dalam pelukan asmara, bahagia, sehingga segala sesuatunya dirasakan sangat menyenangkan.Selain itu di sisi barat Alun-alun Selatan terdapat sebuah kandang gajah, yang kini telah direnovasi dan difungsikan kembali.

Alun-alun Selatan juga memiliki pagar keliling setinggi 2 m dengan masing-masing dua bukaan pada bagian timur dan barat, serta sebuah bukaan pada bagian selatan. Dua buah bukaan lagi terdapat pada bagian utara, berhubungan dengan jalan supit urang. Bukaan-bukaan tersebut berhubungan dengan jalan beraspal yang melingkar di sepanjang tepi Alun-alun. Lima buah jalan tersebut yang bertemu di Alun-alun Selatan, yaitu Jalan Langenarjan, Jalan Langenastran Utara, Jalan Gajahan, Jalan Patehan, dan Jalan Gading. Lima jalan tersebut menggambarkan panca inderakita. Kemudian halaman alun-alun yang berupa pasir menggambarkan bahwa segala sesuatu yang kita terima melalui panca indera tersebut belum teratur, laksana pasir. Sehingga waktu puber (pemuda pemudi)yang dilambangkan oleh kedua pohon beringin itu adalah waktu untuk menyerap sebanyak mungkin tanggapan-tanggapan yang semuanya masih belum teratur.Luas Alun-alun Selatan tidak sebesar Alun-alun Utara, karena fungsinya hanya digunakan untuk pelatihan prajurit dan pemeriksaan  pasukan menjelang upacara grebeg

Sumber: Ensiklopedia Keraton Yogyakarta
sumber gambar : halowisata.com