PADA saat Indonesia dan negara-negara lain sedunia sedang dihajar Pageblug Corona alias Pandemi Covid-19, istilah Belajar di Rumah menjadi salah satu istilah yang menjadi populer. Istilah tersebut bisa disebut “saudara kembar” dari Bekerja di Rumah alias Work from Home. Bekerja di Rumah dan Belajar di Rumah adalah pula bagian tindakan Pembatasan Jarak Fisik (Physical Distancing) yang dimaksudkan untuk membendung laju penularan Covid-19. Pembatasan Jarak Fisik sendiri diterapkan secara nasional di Indonesia sejak Minggu, 15 Maret 2020, yakni terhitung sejak Presiden Joko Widodo membuat seruan untuk itu via konferensi pers di Istana Bogor.
Namun, jika menengok ke dalam catatan sejarah Jawa, apa yang kini populer disebut sebagai Belajar di Rumah sebenarnya bukan kali ini saja diterapkan, pun bukan sesuatu benar-benar baru . Itu sejatinya pernah menjadi sesuatu yang sangat diakrabi masyarakat Jawa untuk masa yang begitu panjang. Pasalnya, memang pernah ada abad-abad manakala mayoritas orang Jawa justru memeroleh ilmu keterampilan via Belajar di Rumah. Tepatnya belajar langsung aneka jenis ilmu dan keterampilan dari orangtua, kerabat dekat, serta tetangga. Praktik Belajar di Rumah ala Jawa di masa lalu ini yang pernah berlangsung berabad-abad. Dahulu itu, mereka yang menjalani Belajar di Rumah secara tradisional jauh lebih banyak ketimbang mereka yang menuntut ilmu di padepokan atau pesantren. Belajar di Rumah ala Jawa terbilang meredup dan tersisihkan barulah sekitar seabad terakhir, yakni sejak sistem sekolah moderen ala Barat menyebar dan menjadi arustama pendidikan anak, remaja, dan pemuda.