WhatsApp Image 2019-10-18 at 10.52.20

Makanan-Minuman Orang Jawa 1.100 Tahun Silam

Prasasti-prasasti abad X tentang upacara peresmian sima (desa perdikan) berjasa juga merekam jenis-jenis bahan makanan dan minuman yang dikonsumsi masyarakat Jawa Kuno.  Beras, daging kerbau, daging ayam,daging kambing, daging celeng, dendeng asin, telur, ikan gurami, ikan asin, ikan kakap, dendeng ikan, udang, ketam, dan tuak adalah beberapa yang tercatat di situ.  

BANYAK prasasti dari abad X Masehi memuat dengan cukup rinci tentang aneka sajian makanan dan minuman yang dikenal pada masa Jawa Kuno. Deskripsi mengenai makanan semacam itu antara lain muncul pada prasasti-prasasti tentang penetapan sima atau desa perdikan. Dalam prasasti-prasasti itu umumnya memang ada penyebutan makanan-minuman yang disajikan pada bagian perjamuan makan dalam prosesi upacara peresmian sima. Menurut Prof Dr Timbul Haryono, dosen senior Jurusan Arkeologi UGM, pada 6 Juni 2015, beberapa prasasti yang memuat tentang jenis-jenis makanan-minuman yang dikenal pada masa Jawa Kuno adalah Prasasti Taji (901 M), Prasasti Panggumulan (902 M), Prasasti Mantyasih I (907 M), Prasasti Rukam (907 M), Prasasti Watukura I 902 M, serta Prasasti Linggasuntan 929 M.

Prasasti Taji contohnya menyebut beras dengan nama kuno ‘wras’. Prasasti ini menyebut juga beberapa hewan ternak yang digunakan sebagai sembelihan untuk dikonsumsi dagingnya yakni ‘hadangan’ yang merujuk kepada kerbau serta ’hayam’ untuk ayam. Hasil olahan dan turunan dari hewan-hewan ternak tadi  tak lupa disebutkan yakni ‘deng asin’ untuk dendeng asin dan ‘hantiga’ untuk telur. Ada pula penyebutan beberapa jenis ikan, mulai dari yang namanya tak asing bagi orang sekarang yakni ‘gurameh’ yang berarti gurami, tapi ada juga ikan yang namanya kini terdengar asing yakni ‘kadiwas’ dan ‘bilunglung.’ Minuman yang disebutkan dalam prasasti  adalah tuak dari bahan jenu yang disebut dengan nama tuak len sangka ing jnu.

Prasasti Mantyasih I memerkaya pengetahuan kita tentang jenis pangan hewani yang dikenal kala itu, terutama lagi tentang jenis-jenis hewan penghasil daging selain hadangan alias kerbau yang telah disebutkan dalam Prasasti Taji. Dalam Prasasti Mantyasih I ada disebut tentang ‘wok’ yang berarti celeng atau babi hutan, ‘wdus’ yang berarti kambing, ‘hurang’ yang berarti udang, serta telur yang kali ini disebut dengan istilah ‘hantrini’.

Prasasti Panggumulan dan Prasasti Rukam antara lain menukilkan semacam daftar tentang jenis-jenis ikan asin serta dendeng ikan. Beberapa yang disebut di dalamnya adalah kakap, udang, serta ketam. Boleh dibilang itu adalah bahan makanan yang tetap dikonsumsi masyarakat Jawa sampai sekarang.

 

Referensi :

  •  Haryono, Timbul,  Mengenal Aneka Kuliner Masyarakat Jawa Kuna, Tulisan untuk Presentasi dalam Diskusi Rutin Medang Heritage Society, 6 Juni 2015
  •  Thamrin, Mahandis Y, “Petualangan Melancongi Pasar Zaman Mataram Kuno”, http://www.nationalgeographic.co.id/berita/2013/06/ petualangan-melancongi-pasar-zaman-mataram-kuno.html . Diakses pada Rabu, 9 September 2015 pukul 10.33 WIB GMT+7