aq18723a

Wabah Penyakit Menular di Tanah Jawa (bag. I)

“…Jawa dari tahun 1625 sampai 1627 ditimpa oleh penyakit berat dan menular yang merongrong kesejahteraan dan kekuatan rakyat.”

H.J de Graaf dalam bukunya, Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung hal. 136.

 

                De Graaf menuliskan bahwa kegiatan kemiliteran sang maharaja Mataram, Sultan Agung, mengalami kemunduran pasca ekspansi ke Surabaya salah satunya diakibatkan oleh wabah penyakit menular. Dari laporan ke negeri Belanda pada 27 Oktober 1625, rakyat mengalami cobaan berupa “kematian, peperangan, kelesuan, bahan makanan yang mahal, dan pajak yang berat di seluruh tanah Jawa.”

Ada pula cerita lain dimana dalam waktu 5 bulan kerajaan Banten kehilangan hingga sepertiga penduduknya karena wabah penyakit. Di Wilayah Tegal, Jepara, juga wilayah-wilayah lain di pesilai hingga pedalaman, angka kematian tidak dapat dihitung lagi.

Penyebab sebagian besar kematian dalam wabah tersebut oleh penyakit paru-paru yang membuat orang sesak nafas dan meninggal dalam waktu sekitar satu jam saja. Di banyak tempat, dua pertiga penduduknya tewas. Wabah penyakit ganas tersebut masih merajalela hingga 1626 dan 1627.

Itulah yang membuat Graaf menyimpulkan bahwa penderitaan terbesar masyarakat Jawa tahun 1625-1627 bukan hanya karena perang saudara, tetapi juga karena penyakit berat dan menular. Naskah Babad ing Sengkala juga menyebutkan bahwa Mataram sekitar tahun 1643-1644 diserang epidemi yang menyebabkan beratus-ratus orang mati saban harinya.

Cuplikan tulisan de Graaf di atas hanyalah salah satu contoh dari kisah serangan wabah penyakit yang pernah merenggut banyak korban nyawa di tanah Jawa. Selain kelaparan, musuh terbesar bagi kehidupan manusia adalah wabah penyakit menular. Momok wabah sangat menakutkan bagi masyarakat Jawa pada masa lalu. Lebih menghantui lagi karena mereka hidup di masa ketika teknologi kedokteran belum berkembang seperti sekarang.

Berdasarkan berbagai catatan sejarah, berbagai epidemi mematikan yang pernah menjangkiti Jawa yakni cacar, pes, malaria, dan kolera. Peneliti Eropa yang datang ke Jawa, seperti Peter Boomgaard dalam tulisan berjudul “Smallpox, Vaccination, and Pax Neerlandica 1550-1930” memperkirakan bahwa 20% kematian di Kepulauan Nusantara sepanjang abad XVII sampai XVIII disebabkan oleh epidemi cacar. Sebagian besar kasus berasal dari Pulau Jawa. Boomgaard dalam tulisan lainnya meyakini cacar pertama kali masuk ke Jawa lewat Batavia tahun 1644, lalu menyebar ke wilayah lain. Di tahun 1781 kematian terjadi pada 20 dari 100 orang penduduk Batavia yang terjangkit cacar. John Crawfurd, pejabat sekaligus peneliti asal Britania yang banyak berkiprah di Asia Tenggara pada awal abad XIX, bertepatan dengan masa jabatan Thomas Stamford Raffles,  menyimpulkan bahwa tingkat mortalitas bayi akibat cacar mencapai 10%. Pasalnya ia mendapati kematian pada 102 dari 1.019 bayi yang lahir.

Boomgaard menyimpulkan bahwa wabah cacar telah menjadi penyakit yang sudah ada sejak lama dan berulang menyerang penduduk karena mereka bisa memberitahu para pendatang Eropa bahwa penyakit ini memiliki pola yang teratur. ‘Penyakit sejuta umat’ ini mengalami siklis (periode epidemi muncul) di Jawa pada abad XVII diperkirakan setiap 7-8 tahun sekali. Di abad XIX, beberapa daerah di Jawa secara umum mengalami siklis cacar setiap 7 tahun. Namun, khusus wilayah Pekalongan sekitar 2-3 kali setahun, seperti pada laporan Residen Pekalongan, F.J. von Rothenbühler. (BERSAMBUNG)

 

Referensi

Aynul Muslimah, Wabah Kolera di Jawa Timur tahun 1918-1927, AVATARA vol. 4 No.3, Oktober 2016, hal 892-901.

Baha’ Uddin, Dari Mantri hingga Dokter Jawa: Studi Kebijakan Pemerintah Kolonial dalam Penanganan Penyakit Cacar di Jawa Abad XIX-XX, Jurnal Humaniora vol.8, 3 Oktober 2006, hal. 286-296.

Dr. H. J. De Graaf, Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung, PT. Pustaka Grafitipers, 1986.

Firman Lubis, Jakarta 1960-an: Kenangan Semasa Mahasiswa, Masup Jakarta, Jakarta: 2008.

James R. Rush, Jawa Tempo Doeloe, Komunitas Bambu, Jakarta: 2013.

Martin Sitompul, “Kala Kolera Menyerang Batavia”, Historia, https://historia.id/sains/articles/kala-kolera-menyerang-batavia-DAl9e. Diakses pada 26 Maret 2020 pukul 13.16 WIB.

Peter Boomgaard, Smallpox, Vaccination, and Pax Neerlandica, Indonesia 1550-1930, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 159 (2003), no: 4, Leiden, hal. 590-617.

Priyanto Wibowo dkk., Yang Terlupakan: Pandemi Influenza 1918 di Hindia Belanda, Kerjasama Departemen Sejarah FIB UI – UNICEF Jakarta – KOMNAS FBPI, 2009