Category Archives: Budaya

sekolah jaman belanda

Guru dalam Memori Kolektif Kuno Orang Jawa

SEKOLAH sebagaimana kini lazim dikenal khalayak Indonesia adalah berakar dari peradaban Barat. Embrio darinya baru mulai dikenal di Kepulauan Nusantara sejak abad XVII, tapi menyebar secara signifikan sejak awal abad XIX. Pada masa sebelum menyebarnya sekolah ala Barat, lembaga pendidikan kuno yang dikenal masyarakat Jawa dan kurang lebih menjalankan fungsi mirip dengannya adalah padepokan dan lalu pesantren.

Continue reading

bagian-relief-parthayajna-di-candi-jago

Mpu Bharada, Sang Penjinak Wabah dan Pelaksana Pembelahan Jenggala dengan Kediri, dalam Legenda maupun Catatan Historis

KHUSUSNYA untuk orang Jawa dan Bali, Mpu Bharada adalah tokoh yang diyakini hidup dan berperan penting di masa pemerintahan Maharaja Airlangga, sekitar paro I abad XI Masehi. Isi lakon Calon Arang menjadi penyumbang penting memori orang Jawa dan Bali terhadap sosok Mpu Bharada yang sering pula disebut memakai nama Mpu Baradah.

Continue reading

Medium sized JPEG (5)

Aturan tentang Lingkungan dalam Masyarakat Jawa Kuna (bagian 1)

“Terutama ladang dan sawah segala tanam-tanaman, agar tetap subur, peliharalah,”

Sabda dari Bhre Wengker, Wijayarajasa, dalam suatu perayaan besar bulan Caitra pada era Maharaja Hayam Wuruk

(pupuh LXXXVIII kitab Desawarnana/Nagarakretagama)

 

Kata-kata yang dikutip di awal tadi tepatnya merupakan bagian amanat Wijayarasa, satu di antara enam orang paling berkuasa di Kemaharajaan Majapahit pada medio abad XIV, di hadapan para pejabat segala lapisan pemerintahan dari seantero negeri. Kala itu, Maharaja Hayam Wuruk baru saja membuka ladang Watsari, sementara Bhre Singasari membuka ladang di Sagala, lalu Wijayarasa sendiri selaku Bhre Wengker membuka hutan Surabana, Pasuruan, dan Pajang. Dalam amanatnya, Wijayarajasa menekankan pentingnya ikhtiar berikut tindakan serius untuk memajukan kesejahteraan segenap masyarakat desa, tetapi dengan tidak melupakan pemeliharaan terhadap lingkungan sekitarnya. Continue reading

Medium sized JPEG (1)

Selayang Pandang Grebeg Mulud di Kraton

Hari kelahiran Nabi Muhammad merupakan hari istimewa bagi masyarakat muslim, tak terkecuali di Jawa. Dalam Kalender Jawa yang memadukan penanggalan Hijriah dan Saka, peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad jatuh setiap tanggal 12 Mulud. Pada hari istimewa itu, Kraton Yogyakarta maupun Surakarta rutin mengadakan suatu upacara ageng yang dinamai “Grebeg Mulud”. Selama beberapa hari sebelumnya dihelatpulasuatu pesta rakyat yang lazim disebut sebagai Sekaten.

Di Kraton Yogyakarta, keseluruhan rangkaian prosesi upacara ageng bulan Mulud tersebut diawali pada tanggal 5 Mulud pukul 16.00. Tepatnya dengan dikeluarkannya Gamelan Sekati Kangjeng Kyai Nagawilaga dan Kangjeng Kyai Gunturmadu dari Bangsal Pamonggangan. Gamelan pusaka tersebut lantas diletakkan di tratag timur dan barat Bangsal Ponconiti di area Kemandhungan Ler atau yang disebut juga sebagai Keben. Gamelan-gamelan pusaka itu kemudian dibunyikan selepas Isya’  atau kurang lebih 19.00 sebagai pengiring bagi gendhing para wali.

Continue reading

Kyai Rata Biru

Gelar Kyai dan Nyai pada Benda Pusaka Keraton

Telinga masyarakat Indonesia tentu tidak asing dengan kata “kyai” dan “nyai”. Pikiran yang pertama kali muncul setelah mendengar sebutan tersebut adalah sosok yang taat dalam menjalankan agama Islam serta memiliki pengaruh besar di bidang itu. Menurut Nurhayati Djamas dalam buku Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan, Kyai merupakan gelar untuk tokoh agama atau orang yang memimpin pondok pesantren. Kyai dianggap sebagai elemen sentral dalam pesantren karena individu tersebut tidak hanya berperan sebagai soko guru dalam sistem pendidikan, melainkan sebagai teladan dalam nilai hidup komunitas santri. Wajar apabila dalam masyarakat Jawa, khususnya pada Masa Islam, kyai dianggap memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan tidak terjangkau bagi masyarakat awam.

Continue reading

makanan2

14 Makanan dan Minuman yang Sudah Ada Zaman Jawa Kuno (Bagian 1)

SUKA sama kuliner tradisional Jawa? Di antara aneka makanan-minuman tradisional Jawa, ternyata ada 14 macam yang umurnya sudah berabad-abad atau malah sudah lebih dari 1.000 tahun. Itu artinya makanan-minuman itu berasal dari zaman Gajah Mada masih menjabat sebagai mahapatih amangkubhumi di Majapahit, bahkan berasal dari zaman ketika candi-candi di Kompleks Percandian Prambanan sedang disusun batu-batunya. Empat belas makanan-minuman tersebut masih tetap populer di dalam masyarakat zaman Indonesia sekarang. Keluarga-keluarga Indonesia masih lazim mengolah dan menghidangkan makanan-minuman itu di rumah mereka. Di banyak tempat pun masih ada pedagang yang menjual makanan-minuman itu. Bahkan, ada beberapa dari 14 makanan-minuman itu terkenal menjadi kuliner khas sejumlah kota . Berikut ini 14 makanan-minuman yang sudah ada sedari zaman Jawa Kuno sebagaimana diterangkan oleh Prof Dr Timbul Haryono, Guru Besar Arkeologi Universitas Gadjah Mada, pada 6 Juni 2015:

Continue reading